PERJALANAN

Ketidakbahagiaan (yang sangat personal) sempat membuat saya menjadi sangat kritis politis juga agamis. Tentu semuanya diperani bukan berbasis nilai pikir dan rasa, hanya nilai rasa saja. Itupun setelah ditelaah ternyata hanya pelampiasan dari ketidakmampuan saya untuk menjadi bahagia, dari rasa kesal yang menumpuk.

Itu terjadi dulu, di masa saya salah memaknai pemahaman dunia sebagai kompetisi meraih kompetensi. Kala itu, saya terlalu fokus berkompetisi, berambisi untuk kompeten, yang pada akhirnya obsesif terhadap label "kompeten"-nya. Saya stress dan pada akhirnya kesulitan yang ada menjadi pemicu ketidakbahagiaan.

Singkat cerita, jadilah saya orang super kritis sekaligus anti kritik. Punya standar kebenaran sendiri yang merasa orang-orang di sekitar wajib mengamini. "Saya si maha tau, kalian sedang tersesat". Begitu kira-kira penggambaran hiperbola isi kepala saya.

Tahun-tahun berlalu, saya akhirnya bisa lepas dan 'sembuh'. Belakangan saya sadar, ternyata banyak teman saya (termasuk beberapa teman dekat di antaranya), yang sekarang seperti saya di masa lalu. Atas dasar peduli, saya pernah beberapa kali coba memberi masukan untuk mereka. Tapi bisa ditebak: nihil hasil. Saya menyerah.

Ternyata tidak ada solusi untuk 'penyakit' seperti itu selain waktu. Setelah bisa bahagia menurut standar masing-masing, itu bisa menghilang begitu saja. Seketika. Sekadar cerita, saya punya teman yang (kelihatan sekali) stress karena ketidakberhasilan karir dan percintaannya, terus jadi kritis di bidang politik dan agama, terutama yang menyangkut perempuan.

Menariknya, ketika dia menikah dan sederhananya menjadi serba terjamin bin bahagia, dia menjadi 'pasif'. Salahkah karena dia jadi seolah tidak peduli dengan negara dan agamanya lagi? Tidak. Toh selama dia menjadi seorang kritikus 'jempolan', dia hanya melibatkan nilai rasa. Kebenaran yang disampaikan hanya satu dimensi, naif bin egosentris.

Saya meyakini dengan betapa banyaknya teman saya yang masih 'berpenyakit' sampai saat ini, pada akhirnya akan bisa sembuh juga. Dan untuk kalian sobat sekalian~ abaikan saja kalau punya teman seperti itu.

Comments

Popular posts from this blog

LANTAR SAMAR

AKU SEORANG PILOT

KEMENANGKALAHAN