AKU SEORANG PILOT

"Tuhan akan mengabulkan permintaan umat-Nya sekalipun seorang pencuri".

Saya lupa, kutipan ini tepatnya perkataan siapa. Yang jelas, saya menemukannya dari buku Aku Seorang Pilot karangan Krishna Mihardja. Buku yang saya baca di kelas 5 SD dulu. Jelas, kala itu meski merasa tergugah dengan padanan kata-katanya, saya belum bisa memahami kalimatnya secara keseluruhan. Agak kontradiktif rasanya dengan keberadaan kata "mengabulkan" dan "pencuri".

Belasan tahun kemudian, ketika sudah lumayan banyak membaca dan mengalami berbagai macam hal 'menarik', sedikit-banyak saya mulai mengerti. Paham baik dari segi 'cara kerja' Tuhan yang mengadili umat-Nya dengan tidak terpatok hitam putih, maupun bagaimana orang-orang mengaplikasikan imannya dengan cara yang variatif.

Hidup senantiasa dituntut mengarah pada kebenaran, semestinya dijalani dengan dasar kebajikan. Aturan Tuhan dibawa bersama, beriringan. Menjadi elemen yang ada pada keimanan. Lalu, bagaimana bisa seseorang yang memiliki dosa atau secara khusus dilabeli pendosa tetap mendapat pertolongan-Nya?

Tidak ada jawaban selain misteri kebijaksanaan Tuhan. Terutama dalam hal mengadili yang tidak terbatas pada hitam dan putih, benar dan salah. Lagipula manusia hanya bisa berasumsi. Apa yang terlihat salah dan berdosa bisa saja hanya luarannya. Di baliknya mungkin ada niat baik namun terbentur si-kon yang buruk. Katakanlah, ketidakmujuran. Sehingga apa yang nampak berupa kesalahan. Ketidakpantasan.

Kembali pada kutipan soal pencuri tadi, bisa saja ada cerita semacam mencuri karena terpaksa. Terpaksa karena ada urgensi. Urgensi karena apa yang dicintai terancam sesuatu. Sesuatu yang jika tidak diatasi, mungkin akan menjadi kerugian yang niscaya.

Mewakili hal serupa dengan tanpa membenarkan total prakteknya, ada baiknya iman yang kita pegang teguh juga memberi ruang pada kepercayaan tentang kemungkinan-kemungkinan baik. Di Islam, sesederhana satu kata ini: Husnudzon.

Comments

Popular posts from this blog

LANTAR SAMAR

KEMENANGKALAHAN