SIMPANG JALAN

Dengan membeli beberapa bungkus mie di akhir bulan yang kerap didramatisasi, setiap anak kost utamanya diri kita yang pernah mengalami sendiri, pasti pernah merasa jika di balik banyaknya masalah yang bersifat gawat, hal sesederhana urusan perut saja sebenarnya bisa cukup merepotkan. Terlebih pada situasi dan kondisi yang pada kenyataannya miskin uang dan peluang.

Dengan hidupnya kita di dunia saja, kita sudah dihadapkan pada bermacam masalah yang mesti diseleksi sedemikian rupa untuk pada akhirnya diputuskan mana yang layak diambil peduli. Kecil atau besar, sepele ke bertele-tele. Seiring bertambahnya umur, tak jarang kita dibuat sadar jika apa yang disebut skala prioritas sebenarnya kondisional. Dan karena kondisional, justru yang dirasa lebih pantas diutamakan pertama pada akhirnya tidak jauh dari pemenuhan kebutuhan pribadi. Bukan karena kita egois, tapi karena idealnya segala hal yang bersifat ekstra baiknya dimulai dari intra. Demi apa? Demi kesadaran akan skala prioritas yang realistis. Begitu.

Ada perang, ada beraneka macam pemicu khawatir dan berang. Namun apakah kita sadar, jika kita tidak akan bisa mendalami itu semua, apalagi sampai ke tahap memikirkan solusi maupun praktek tatatiti sebelum memenuhi, memantapkan apa yang ada pada diri sendiri?

Berhentilah memupuk benih heroisme absurd.

Comments

Popular posts from this blog

LANTAR SAMAR

AKU SEORANG PILOT

KEMENANGKALAHAN