KIBAR-SEBAR

Dulu, saya biasa saja memandang keuniversalan dalam karya atau produk seni. Maksudnya, saya tidak terganggu apabila ada sesuatu yang sebenarnya bernilai khusus dan idealnya menjadi konsumsi golongan tertentu, menjadi hal yang bersifat masal bin masif. Normal bin umum.

Dulu saya juga berpikir, pengkotak-kotakan hanyalah arogansi. keuniversalan adalah kebijaksanaan. Keadilan. Namun, arogansi yang semula saya "cih"-kan pada akhirnya bisa saya terima, bisa saya pahami sebagai ketidaknyamanan pada degradasi nilai. Ketidaketisan bisa dibilang. Karena bagaimanapun juga, bak bule yang kerap meneriakan "such a disrespect!", memang, terlepas dari manfaatnya untuk produsen, budaya menghidupkan euforia dalam membuat semua hal jadi relevan di ranah populer itu dilema yang digdaya. Perlu, tapi mesti merelakan buah pikiran jadi buih kapiran.

Comments

Popular posts from this blog

LANTAR SAMAR

AKU SEORANG PILOT

KEMENANGKALAHAN